Hari kedua di Kuala Lumpur diwarnai oleh hujan. Padahal gue sudah berencana bangun pagi lho, jam enam pagi, pengin lekas-lekas ke Pudu Sentral dan melaju ke Genting Highlands. Tapi, apa mau dikata, baru saja menginjakkan kaki keluar hostel, eh ternyata langit sudah mendung. Jadi, untuk mengulur waktu, gue berkeliling mencari makan pagi di Petaling Street. Dan memang gak bisa menipu, Chinatown memang punya jajanan termurah, hanya dengan 5RM saja, bisa langsung makan kenyang dengan porsi jumbo.
Hujan di pagi hari |
Setelah perut kenyang, perjalanan pun dimulai, yaitu pegi ke Genting Highlands. Dengan 10.60 RM per orang, gue sudah langsung bisa pergi ke Genting Highlands via bus Go! Genting berikut dengan tiket cable car-nya. Bus berangkat pukul sebelas dari Pudu Sentral dan tiba di Genting Terminal kurang lebih satu jam kemudian. Dari terminal Genting, naik lagi kereta gantung menuju Genting Highlands. Waktu yang dibutuhkan sedikit lama sih, 20 menit. Dan gue agak parno sedikit naiknya karena dataran tinggi Genting memang tinggi banget. Disarankan membawa jaket juga lho karena memang dingin banget di sana. Ya kalau di Jakarta, mungkin bisa diibaratkan kalau Genting ini Puncak-nya versi KL.
Ber-selfie di cable car |
Sampai di Genting Highlands, langsung tiba di stasiun cable carnya, hanya saja dari stasiun menuju ke First World Indoor Theme Park-nya jauh bukan main. Perlu naik turun eskalator. Dan yang menarik dari Genting Highlands adalah casinonya. Jadi kalau Macau punya Venetian; Singapura punya Marina Bay Sands; Malaysia juga punya Genting Highlands. Tidak hanya orang muda lho, banyak orang tua yang datang ke Genting sengaja hanya untuk berjudi. Casino-nya pun ada di mana-mana, mau yang bertarif seperti bermain roulette, mahjong, dsb. Lengkap semuanya ada. Sampai ada juga yang casino yang formal, jadi untuk masuk ke dalamnya tidak diperbolehkan memakai baju kasual.
Suasana di First World Indoor Theme Park |
Sayangnya di dalam casino tidak diperbolehkan membawa kamera. Jadi ya gue hanya sekadar lewat saja deh. Dan peraturannya pun banyak. Tidak boleh memakai celana pendek, tidak boleh membawa tas ransel, jadi kalau ada yang ingin berkunjung masuk, pakaiannya tentu harus diperhatikan terlebih dahulu.
Pergi ke Genting Highlands sesungguhnya sudah jadi impian beberapa tahun silam karena ada iklan di teve tentang outdoor theme park-nya, sayang, pas gue tiba kemarin, outdoor theme park tersebut lagi direnovasi, jadi akibatnya gue terpaksa berputar-putar di indoor theme park saja. Sedikit membosankan sih. Lagi-lagi mirip TSM, banyak wahananya buat anak-anak. Jadi gue pun memilih buat menonton panggung di tengah-tengah theme park.
Untung saja pas naik ke level 2, gue gak sengaja ditawarin buat masuk ke museum Ripley's Believe It or Not! Kalau orang yang sering nonton teve pasti bakal gak asing sama namanya. Museum itu memang memajang lebih dari 500 benda unik yang ada di seluruh dunia. Tiket masuknya sih lumayan mahal 22RM satu orang, tapi sama sekali gak merugikan kok.
Figuranya bisa diungkit ke atas lho |
Museumnya beneran sangat interaktif, jadi ceritanya diawali dari siapakah Ripley itu? Ripley sebenernya kependekan dari Robert Ripley, yaitu seorang yang hobi travelling dan dia sudah berkeliling ke 200 negara. Nah, saat berkeliling itulah Robert Ripley bertemu dengan orang-orang dan anomali yang akhirnya dimasukkan ke dalam Ripley's Believe It Or Not! Dan museum Ripley's ini merupakan museum yang menarik banget, gak menjenuhkan, tapi membuat pengunjungnya bertanya-tanya. Walaupun banyaknya figura dan foto yang dipajang, tapi banyak tulisan-tulisan interaktif yang mengajak pengunjungnya buat menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol tersebut.
Hayo, coba jawab pertanyaannya :) |
Dan di dalamnya juga banyak replika benda-benda unik yang berpengaruh dalam sejarah, seperti English Prison Door, lalu alat-alat yang digunakan oleh para prajurit buat menyiksa tahanan di era-era tertentu dan di daerah-daerah tertentu.
English Prison Door |
Peralatan untuk para vampire slyer |
Dalam Ripley's Believe It Or Not! Museum juga banyak dibeberkan informasi unik dan menarik mengenai keanomalian terhadap kultur dan orang setempat.
The Cuban Eye Popper |
orang bertanduk |
Dan di seksi terakhir dalam museumnya, menjelang pintu keluar gitu, banyak dipajang seni lukis yang aneh-aneh. Semisalnya yang foto Elvis Persley yang digambar menggunakan susunan barcode.
Percaya atau tidak? Ini dibuat dari susunan barcode |
Dan yang ini adalah lukisan roti, yang gosongnya digunakan untuk melukis. |
Masuk ke dalam museum Ripley's Believe It or Not! benar-benar tidak terasa lho. Asyik berkeliling. Berfoto-foto. Eh, keluar sudah lewat nyaris satu setengah jam. Tapi karena waktu untuk pulangnya masih lama (gue membeli tiket kembali pukul tujuh malam), jadi akhirnya gue berkeliling lagi deh, sebenarnya di Genting Highlands ada Snow World juga sih. Cuma sepertinya kurang menarik. Ya mirip yang ada di kota-kota besar gitu, sebuah arena yang diberi efek salju buatan tapi buat masuk ke dalamnya perlu 30RM satu orang. Jadi akhirnya gue memutuskan buat berjalan-jalan di mall-nya dan berkeliling memasuki hotel Maxim yang luar biasa keren dengan gaya arsitektur Eropa kuno.
Sepulang dari Genting Highlands, masih dengan metode yang sama, menggunakan skyway (cable car) dan bus, berhenti di terminal Pudu Sentral.
Pudu Sentral Bus Terminal |
Oya, gue nyaris lupa menjelaskan mengenai Pudu Sentral. Dari awal tiba pas pagi, gue lagi-lagi terpukau mengenai sarana transportasi di KL. Pudu Sentral juga termasuk salah satunya. Kalau diibaratkan di Bandung, Pudu Sentral ini mirip dengan terminal Leuwi Panjang. Tapi kalau soal kualitas, jelas beda jauuuh banget. Pudu Sentral ini bersih kalau buat taraf terminal. Platformnya banyak dari satu sampai sembilan belas, kalau gue gak salah. Lalu buat membeli tiketnya harus ke lantai dua, di sana bakal bertemu dengan satu hall besar yang dikeliling banyak banget loket tiket. Tinggal antre, tiketnya pun relatif murah. Dan di saat malam gue tiba pun, Pudu Sentral masih ramai dikunjungi para pelancong.
Tetapi karena sudah malam juga, gue memutuskan buat mampir ke daerah yang tersohor sebagai dunia malamnya KL yaitu di Bukit Bintang, yang katanya sentra para mall. Dari Pudu Sentral, ada tiga cara sesungguhnya buat tiba di Bukit Bintang, yaitu pertama dengan menggunakan bus atau taksi, tapi kalau tidak ingin, bisa juga berjalan kaki sekitar sepuluh sampai lima belas menit menuju gedung Royale Bintang yang langsung terlihat dari gedung Pudu Sentral.
Jalan Alor, Bukit Bintang |
Kalau orang Bandung pasti gak asing sama istilah Cibadak, tempat jajanan malam yang selalu ramai tiap malamnya. Nah, kalau di KL, ada yang namanya Jalan Alor. Jalan Alor ini mirip dengan Jalan Petaling sih, cuma bedanya di Jalan Alor khusus menjual makanan, kalau yang pernak-pernik gitu, ada sih, tapi cuma satu-satu saja. Dan jalannya juga lebih lebar ketimbang Jalan Petaling. Hanya saja atasnya tidak ada atap plastik, jadi kalau hujan, bubar deh. Di kiri-kanan jalan banyaknya menjual seafood dan sepertinya makanan khasnya sih bubur kodok, sayang mama dan adek gue takut makan swike, jadi ya gue pun gak nyobain. Sebagai gantinya gue makan dimsum dan wonton. Rasanya lumayan, tapi kalau dibandingkan dengan Jalan Petaling, di Jalan Alor, harga makanannya lebih mahal. Mungkin karena turis juga kali ya. Jalanannya ramai banget dikunjungi pelancong dari berbagai negara.
Well, di Bukit Bintang-lah jalan-jalan di hari kedua berakhir. Kembali ke Jalan Petaling :)
3 comments:
ASYIK BANGET LIBURANNYA!! \(> 0 <)/ Kuala Lumpur bener-bener bersih ya, saya lihat jarang-jarang ada sampahnya, mungkin padat, dan masih ramai kayak di Jalan Alor, Bukit Bintang, atau di Petaling. Tapi sepertinya orang2 gak begitu punya problem tentang kebersihannya. Gak kayak di Monas, yang hari-hari tanamannya rusak dan PKLnya gak tertata #huft
Menunggu cerita di hari terakhir liburannya ya kak! :D Buing! Buing!
@Dikta: Iya, Kuala Lumpur memang bersih, dek. Lebih bersih dari Jakarta yang pasti, tapi Singapura masih lebih bersih kok hehehe :) Kalau rame... rame banget, apalagi kalau pulang kerja, dan naik LRT ke KL Sentral, udah kayak ikan pindang deh.
Oke!
Post a Comment