Penulis: Kristina Springer
Penerjemah: Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Penerbit: Qanita
Tahun terbit: Januari 2012
Tebal: 302 halaman
Boleh dibilang hanya bermodalkan pena dan notes mungil, Jane Turner berani menobatkan dirinya sebagai seorang ‘espressologist’. Siapa sih Espressologist itu? Em, sahabatnya pun ikut bertanya-tanya. Bukankah Jane hanya menyandang harkat sebagai seorang barrista di kedai kopi lokal bertajuk Wired Joe’s? Lalu, espressologist bisa saja disimpulkan sebagai pekerjaan waktu gandanya; yaitu menjodohkan orang lain sesuai dengan kopi favorit mereka.
Large nonfat four-shot coffee latte;
dikonklusikan sebagai cowok jablay berotak ngeres dan dangkal. Tingkat
IQ yang jongkok dan postur biasa-biasa saja. Jane serta merta dapat
menebak semua itu dari pelanggan pertamanya di balik konter barista. Lalu bahan eksplorasinya pun berlanjut, dari berhasil menjodohkan Gavin—cowok yang berkopi ideal: medium iced vanilla latte—dengan Simone yang memesan medium dry cappuccino. Namanya jadi dielu-elukan sebagai asisten manager Wired Joe’s. Sampai-sampai tiga host teve lokal tertarik untuk mewawancarai acara unjuk giginya.
Namun,
bagaimana dengan diri Jane sendiri? Kendati teman-teman di sekitarnya
sudah memiliki jodoh masing-masing. Ia masih menaruh hati pada Will,
cowok keren yang merupakan pelanggan setianya. Tapi sayang, tidak ada
yang tahu tentang perasaan Will padanya. Sampai akhirnya ia terpaksa
menjodohkan Will dan Melisa Stillwell—musuh bebuyutannya—yang notabene
didasarkan pada riset kopi. Jane merasa itu kebodohan terdungu yang
pernah ia lakukan dalam sejarah ke-espressologist-annya.
The Espressologist menghadirkan sebuah nuansa baru dalam setting kepenulisan. Lengkap dengan pernak-pernik dunia café-nya,
Kristina Springer pun menyajikan sebuah plot yang ringan. Pas untuk
disantap dengan secangkir kopi di senja hari dalam naungan kanopi café urban.
Dari sisi sudut pandang yang mengambil sisi si pencerita pada Jane
sendiri, membuat para pembaca secara tidak langsung dapat melihat
pengungkapan diri Jane yang sebenarnya tidak yakin dengan pekerjaan
iseng yang dilakoninya selama ini.
Sementara dari sisi pemilihan judul, Kristina begitu brilian menyimpulkan keseluruhan plot chick ini ke dalam satu kata. Espressologist yang merupakan gabungan kata espresso— berarti kopi ekspres kerap menjadi embelem utama dalam kedai kopi pada harafiahnya—dan –ologist yang diartikan sebagai ahli dalam bidang sesuatu.
Hanya saja dari hal plot, The Espressologist dituturkan
dengan gaya anak muda yang otomatis tidak memiliki intrik cinta ruwet
dan sebuah klimaks yang tidak ditanggulangi dengan penyelesaian yang
kompleks. Namun, terlepas dari kejanggalan plot di zona penyelesaian,
Kristina Springer yang mengaku menyamarkan café Starbucks sebagai Wired Joe’s berbagi beberapa tips dan kamus mengenai dunia perkopian di halaman tambahan.
Sebagai simpulan akhir, The Espressologist amat sangat cocok jika dibaca oleh para kalangan muda, selain dari gaya bahasa yang termasuk pada golongan chicklit. Nuansa plotnya pun mengorek-ngorek antara kesan cinta dan persahabatan.
(Azura Caelestis de Congleé, DEP Inc. 13 Juni 2012)
6 comments:
*ditelpon* Mama! Kirimannya dicepetin yaaaa... Apa? Buat apa? Buat beli bukuuu... Biar aja aku kere, bukunya kereeen iniiii. *Lantas ditendang*
@Dikta: hahahaha :D ini bukunya perasaan gak terlalu mahal kok, dek. Sekitar 40ribuan gitu deh. Saia kemarin mau menyisipkan harganya sih, tapi karena udah lama belinya, jadi lupa deh harganya berapa *digampar*
Oh ya? hehehehe, nanti saya paksa mama saya belikan aja, mumpung mama mau mampir ke Banjarmasin buat ngurus sekolah adek. Hahahaha. #maleskeluarduit
semoga bukunya masih ada di Banjarmasin, lebih bagus lagi di rak yang ada tulisannya "Diskon 20%" Hyahahahaha.
@Dikta: Wah, kalo didiskon sih saia gak tau ya. Ini masalahnya buku baru, jadi ya... sepertinya itu agak mustahil. LOL.
kali aja gitu mbak-mas di GM salah taruh gitu...kwkwkwkw... #mustahilbanget
@Dikta: Hahaha :D ada-ada aja deh kamu. Yah, doakan saja begitu.
Post a Comment