Kuala Lumpur, Day #03: Batu Caves; KL Bird Park

Setelah berkeliling ke daerah atas KL kemarin, di hari ketiga, gue bertujuan untuk mengunjungi daerah bawah. Ke manakah itu? Seperti yang disugestikan di TripAdvisor, salah satu tempat yang paling sering dikunjungi turis adalah Batu Caves. Letaknya tidak jauh dari KL. Sekitar dua puluh menit naik KTM dari KL Sentral. Jadi, hal yang pertama gue lakukan adalah pergi ke Stasiun Pasar Seni, tapi sebelumnya gue ada makan pagi dulu sih, dan lagi-lagi seneng banget berjalan-jalan di sekitar hotel, yaitu Jalan Petaling. Dan di hari terakhir gue sengaja mampir ke satu gerai yang menjual mie babi. Lengkap dengan kopi Vietnam, alias ca phe sua. Luar biasa deh senengnya bisa mendapatkan kopi satu itu di KL karena sudah berbulan-bulan lalu gue memang ngidam minum ca phe sua.

Mie babi favorit adek gue :)


Ca phe sua


Dan berangkat ke KL Sentral pagi itu sedikit ramai, mungkin karena gue pergi sekitar pukul 10.00 pagi dan rata-rata orang sana memang bakal turun di KL Sentral. Lalu membeli tiket menuju Batu Caves. Dari saat menaiki KTM sudah kentara kalau Batu Caves adalah obyek wisata yang ramai, terlihat dari para penumpangnya yang biasanya orang dari mancanegara. 

Setelah duduk kurang lebih dua puluh menit, tibalah gue di Batu Caves, stasiun terakhir di line tersebut. Obyek wisata Batu Caves sendiri langsung bisa dicapai, terlihat di sisi stasiun kalau patung emasnya langsung mencakar langit. Dan dengan berjalan beberapa langkah, langsung tersambung melalui koridor terbuka menuju pintu masuk Batu Caves. 




Di Batu Caves, tujuan para pengunjungnya ada yang berupa sebagai wisata, ada juga yang sengaja pergi ke tempat ini untuk upacara keagamaan karena banyak dibangun temple di sana. Yang unik dari Batu Caves ini, di jalan masuknya banyak merpati yang sengaja diundang para penduduk di sana dengan roti. Jadi sebagai obyek foto juga, bisa berfoto bersama merpati seperti yang di Roma itu hehe :) Selain merpati, ada juga monyet yang dibiarkan berkeliaran di tangganya. Tapi, hati-hati soal monyet karena banyak kejadian turis yang membawa makanan serta minuman yang dirampok tiba-tiba oleh monyet saat mendaki naik menuju gua utama.


Berfoto bersama merpati

Kalau sudah sampai di Batu Caves, rasanya kurang afdol deh kalau tidak naik ke atas, yaitu ke gua utamanya. Dan buat sampai ke atas sana, para pengunjung perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Kenapa? Karena tangga naiknya berjumlah lebih dari dua ratus anak tangga. 


Buat yang wanita, perlu diperhatikan sebelumnya karena Batu Caves merupakan tempat ibadah umat Hindu, jadi tentunya kita harus menghormati aturan setempat, seperti tidak boleh naik ke gua utama dengan menggunakan celana pendek. Memang sih gue dan mama sempat panik juga, ya sudah jauh-jauh ke Batu Caves dan malah gak boleh naik ke atas. Tapi, untungnya kami ada selendang, jadi tinggal dijadikan kain penutup, it's okay, langsung diizinkan masuk.

Mendaki naik!

Beginilah pemandangan di dalam gua utama

selfie dulu :)



Pendakian gue berhenti saat di gua utama, tapi sesungguhnya (seperti foto di atas), ada tangga lagi menuju temple di dalam sana. Lalu ada juga di sebelah pintu masuk ke gua utama, sebuah obyek wisata yang dikenal sebagai dark caves. Tapi karena gue sekeluarga sudah kehabisan napas saat mendaki ratusan tangga tadi, akhirnya gue memutuskan buat turun.

Pulang dari Batu Caves, mama gue sebenernya tercetus buat pergi ke Ipoh, kota kedua terbesar di Malaysia setelah Kuala Lumpur. Jadi, gue naik KTM lagi, kembali ke KL Sentral. Karena dipikir hanya berjarak kurang lebih mirip dengan ke Shah Alam, gue pun berencana buat naik KTM ke Ipoh, namun, sialnya, ternyata untuk ke Ipoh, waktu yang dibutuhkan adalah tiga jam perjalanan dengan KTM antarbandar. Maka dari itu akhirnya gue mengajak keluarga gue buat ke Taman Orkid alias Orchid Park yang letaknya tidak bersebrangan dengan KL Bird Park.

Untuk sampai ke KL Bird Park, dari KL Sentral, naik saja KTM Komuter dengan tujuan Kuala Lumpur. Dan saat gue memijakkan kaki keluar kereta, WOW! Stasiunnya berbeda dengan stasiun KTM yang lain, di stasiun KTM Kuala Lumpur bangunannya sangat kuno tapi luar biasa jumbo. Gue menduga, sebelum pemerintahnya membangun KL Sentral, pasti sentra kereta dulu berpusat di stasiun Kuala Lumpur ini.

Di depan gedung KTM Kuala Lumpur




Dari Stasiun Kuala Lumpur, gue pun berjalan maju, lalu belok kiri, dan di sanalah terletak kompleks dari ilmu pengetahuan di KL. Gue bingung sih mau menyebutnya dengan apa, tapi salah satu jalan utamanya disebut Memorial Tun Abdul Razak. Dan di pintu masuknya ada sebuah masjid megah, yang disebut sebagai Masjid Negara.


Masjid Negara

Untuk sampai ke Bird Park, ternyata jalan yang harus dilalui lumayan jauh dan menanjak. Dan gue berjalan kaki siang itu, sudah disoroti sinar matahari 35 derajat celcius pula. Akhirnya gak jadi masuk Taman Orkid, dan juga hanya berfoto di depan Bird Park karena harga tiket masuknya sangat mahal. Tapi, tips buat turis yang sedang terlilit budget juga. Buat melihat penampakan di dalam Bird Park tidak selalu harus membeli tiket dan masuk, tapi bisa juga numpang makan di restoran di sampingnya, namanya Hornbill Restaurant. Makanannya sih gak terlalu nikmat, tapi porsi dan harganya lumayan. Masih bersahabat kok. Lalu sisi belakang restoran Hornbill ini memang sengaja dibuat terbuka, jadi terkadang ada burung di dalam Bird Park yang bisa nyasar dan bertengger di birai balkonnya.


Setelah kecapean jalan di tengah siang bolong

Seusai makan di Hornbill, gue pun balik dengan rute yang sama ke jalan utama, dekat stasiun Kuala Lumpur, dengan tujuan ingin kembali ke Jalan Petaling. Tapi, sebelum ini gue harus mencari stasiun LRT terdekat dulu. Selamat di restoran Hornbill tadi ada wifi gratis, dan setelah browsing, tujuan gue selanjutnya adalah mencari stasiun Masjid Jamek yang (katanya) tidak terlalu jauh dari sana.

Lagi-lagi gue berjalan kaki. Cukup jauh memang, tapi saat tersesat itulah gue merasa bersyukur karena terdampar di depan banyak bangunan keren di Kuala Lumpur.




Yang di atas itu namanya museum tekstil. Gue gak sempat masuk ke dalamnya sih tapi gaya arsite
kturnya keren banget, mirip di luar negeri, seperti di Istanbul gitu. Kebanyakan arsitektur kuno di KL memang gayanya mirip masjid, banyak kubahnya, tapi sekarang kebanyakan dijadikan museum atau monumen.

Entah bangunan apa ini, tapi ini ada di tengah sungai lho


Nyasar? Eh, malah mampir ke KL City Gallery

Untuk mencapai Masjid Jamek, sungguh melelahkan kaki, beneran deh. Karena Masjid Jamek dilintasi dua line dari LRT jadi buat sampai ke Kelana Jaya line, dari sisi jalan yang gue pijak, gue perlu turun terlebih dahulu, mengambil jalan bawah tanah untuk sampai di seberang jalan. Maklum, di KL kalau jalannya padat dan ramai, tidak diperbolehkan menyeberang jalan secara langsung. Perlu jembatan penyebrangan atau jalan bawah tanah.

Oke, mungkin itu bagaimana cara gue dan keluarga mengakhiri hari, ya walaupun selanjutnya gue mampir lagi ke Jalan Petaling buat ambil koper yang dititipkan di hotel. Tapi, setelah itu gue naik kembali Kelana Jaya line dan turun di KL Sentral. Dari KL Sentral, di malam terakhir di KL, gue sengaja memesan kamar di dekat airport karena esok harinya gue berangkat dari KLIA2 di subuh hari. Tapi sebagai tips akhir, sebaiknya kalau ingin naik LRT jangan di pukul sore hari deh, pukul lima lebih tepatnya karena stasiun Pasar Seni memang lebih mirip pasar. Tapi, sebagai imbuhan akhir, gue sempat ketawa lihat plang di bawah ini:

Papan Kenyataan? Dalem ya? #LOL

Dari KL Sentral, gue pun naik ERL. Ya, ini satu lagi kendaraan umum di KL. Singkatan dari Express Rail Link, yang memang sengaja dibangun untuk menghubungkan KLIA/KLIA2 dengan KL Sentral. Hanya saja gue gak turun di KLIA2 tapi gue turun di Salak Tinggi, yang berjarak kurang lebih sepuluh menit dari pintu keberangkatan KLIA2 jika menggunakan mobil. 

Dan begitulah liburan gue berakhir di tanggal 18 Agustus 2014 kemarin, di  pukul empat pagi hari buta, tapi KLIA2 masih ramai luar biasa. 



2 comments:

Sanz Yu said...

Wah liburan yan sangat menarik di negeri tetangga ya. :D

Ditunggu review lainnya bila pergi berjalan-jalan lagi.

Salam Blogwalking, ^^,
Sanz Yu (Sanzeda Fay Lupe)
*Please Visit My Blog too*

Anonymous said...

Bangunan di tengah sungai itu adalah Masjid. Nama masjid ini adalah Masjid Jamek. Station LRT di Masjid Jamek dinamakan sempena nama Masjid ini.

 

Flickr Photostream


Twitter Updates

Meet The Author