Sebagai seorang kributor kayaknya kita gak perlu menjadi seorang yang pinter. Bener gak? Mungkin yang gue maksud sebagai seorang kontributor di sini tuh bukan seorang penyokong dana dalam sebuah organisasi atau instansi. Hanya dengan bermodalkan ocehan-ocehan singkat, bisa aja kita dianggep sebagai seorang kontributor bagi orang lain.
Seorang sahabat bisa juga disebuah seorang kontributor lho. Nah, dan ini 'lah misi gue taun ini. Orang emang gak tau kalo di dalem hati (atau truthfully) gue dianggep sebagai orang yang seperti apa. Tapi nyatanya, gue ini orang yang agak pelit. Kalo punya sesuatu yang indah selalu disimpen sendiri. Dan gue tuh biasa pengen berbagi dengan seseorang gara-gara ada maksud terselubung.
Huahahaha! *evil grin* Ini sebenernya akibat trauma gitu, jadi taun lalu ada temen dari fesbuk. Dia niat pengen menjadi seorang penulis. Tapi temen gue ini lain dari pada yang lain, kenapa? Karena kali ini temen gue cowok. Dan sepertinya jarang banget gue menjumpai cowok yang pengen berprofesi sebagai penulis. Tapi karena dia ngobrol dan minta tolong dengan tulus akhirnya gue selalu memberi saran-saran buat dia. Nah, awalnya semua itu emang terasa menyenangkan banget. Soal gue tuh orangnya emang bisa dibilang suka cerita gitu. Tapi, sialnya, pas sebulan kita udah sering share mengenai tulisan. Dia malah berpindah haluan. Orangnya jadi berubah gitu. Dan entah bagaimana caranya dia malah ketemu sama 'rival' gue. Aduh, sumfah deh alirannya jadi mengerikan.
Gue tau sih dia oranngya tertarik dengan cerita-cerita horror gitu, tapi dia jadi orang yang berbeda saat menuliskannya. Hampir semua gaya bahasa gue dicuri secara diam-diam gitu. Gue emang awalnya udah ngerasa, tapi gue masih mencoba buat gak mengacuhkan itu. Tapi, tiba-tiba aja kakak gue ada yang bilang kalo komunitas mereka (rival gue + temen gue yang cowok itu) niru gaya tulis gue.
Semenjak itu kayak ada tembok penghalang gitu antara kubu dia dan kubu gue. Dia yang awalnya suka menerima saran dan kritikan pun sekarang jadi gak mau kalah. Jelas aja dia baru mendalami dunia tulis menulis sekitar dua sebulan gitu, tapi lagaknya udah kayak kritikus top.
Andaikan gue, gue pun gak berani memberikan kritikan pedas mengenai EYD dan tata cara penulisan sekalipun gue tau kalo bacaan yang gue baca itu salah dalam pengejaan atau tanda baca. Tapi komunitas itu dengan sikap selangit, gak pernah memotivasi. Sifatnya selalu menjatuhkan dan terlebih lagi, selalu menjatuhkan orang lain. Padahal seorang komentator 'kan harus memberikan sebuah kontribusi yang baik bagi penulis pemula lain. Yah, walaupun mereka mau mengajukan kritik, setidaknya mereka juga harus memberikan catatan kecil sebagai benda penyemangat.
Tapi untungnya itu adalah kegalauan masa lalu. Nah, sekarang gue mau balik lagi ke semula. Buat gak pelit memberikan kontribusi berupa saran kepada temen-temen gue, khususnya yang sama-sama penulis muda :)
0 comments:
Post a Comment