Daughter of Smoke and Bone ‘Dari Asap dan Tulang’

Book Review
Started on: December 25, 2012
Finished on: December 27, 2012

Judul buku: Daughter of Smoke and Bone ‘Dari Asap dan Tulang’
Pengarang: Laini Taylor
Alih Bahasa: Primadonna Angela
Taun Terbit: September 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman: 488, tebal 20 cm

Rating: 5/5






Pada zaman dahulu,
seorang malaikat dan iblis jatuh cinta.
Kisah cinta mereka tidak berakhir indah.


Sejak dulu kaum manusia mungkin tak pernah tahu. Interpretasi mereka gagal. Gagal menerka apa yang tengah terjadi di atas sana. Kala kedua kubu—malaikat dan iblis—turut pergi ke medan pertempuran dan memperebutkan kemenangan. Keduanya tak pernah menginginkan hal yang sama, namun mereka harus berperang. Begitu juga dengan Akiva—prajurit separhim yang telah dirampas dari buaian orangtuanya sedari umur lima tahun, ditempa sedemikian rupa agar dapat meringkus kaum chimaera. Iblis dengan wujud monster. Kedua lengan Akiva sengaja diberi tanda; berapa banyak chimaera yang tengah dibunuhnya.

Sementara itu di tempat lain, suatu tempat di Praha, Karou. Gadis berumur 17 tahun itu berhasil menutupi jati dirinya sebagai salah satu siswa sekolah seni berbakat. Kehidupannya nampak normal; tinggal di sebuah flat seorang diri; memiliki seorang sahabat bernama Zuzana—gadis pencinta cowok-cowok hot seantero sekolah. Mik sempat termasuk di dalamnya. Dan satu lagi, Kaz—pria ganteng bernama Kazimir itu adalah salah satu cowok terseksi di sekolah, sayang, Kaz tak masuk dalam hitungan Karou, kendati cowok itu adalah mantan pacar Karou. Kaz dan Karou pastinya nampak serasi. Karou tidak jauh dari kata sempurna. Paras cantik, rambut biru terang yang tergerai asal-asalan, celak padan yang mengulasi kelopak matanya. Terlebih perempuan itu memiliki kemampuan menggambar yang sempurna.

Lewat buku sketsa Karou (yang memiliki sejuta penggemar), manusia (termasuk Kaz dan Zuzana) mengenal makhluk-makhluk eksotik, yang bisa digolongkan sebagai monster, yang mewarnai hidup Karou. Karou memang kerap berkata bahwa makhluk-makhluk itu hanyalah imajinasinya, tapi bagaiaman jika semua imajinasi itu memang nyata?


Dahulu kala,
seorang gadis mungil dibesarkan oleh monster.
Namun, malaikat membakar birai pintu menuju dunia mereka,
dan ia benar-benar sendirian.


Khalayak telah pelak menilai hidup Karou yang normal. Gadis berambut biru itu memang tak pernah jauh dari buku sketsanya, tapi tidak juga dengan urusannya bersama Brimstone—bisa dibilang makhluk itu adlaah tetua chimaera yang telah mengurus Karou sedari kecil. Gadis itu memang dibesarkan oleh kaum monster. Bukan Brimstone seorang, tapi juga Issa, berpenampilan seperti dewi ular dengan sisik-sisik di tubuhnya. Twiga dan Yasri juga bernaung dalam kubu yang sama. Turut membesarkan Karou, dan jangan juga lupakan Kishmish, si pengantar pesan.

Brimstone selalu mengandalkan Kishmish, mengirimkan sederet daftar belanjaan pada Karou. Perempuan itu perlu membeli sederet rupa belanjaan aneh, seperti taring gajah, gigi-gigi manusia, yang entah hendak diapakan oleh Brimstone. Karou tak pernah menolak. O, tentu saja. Terlebih jika ia akan menerima lebih banyak shing perunggu—tingkatan permohonan selanjutnya yang lebih tinggi dibanding scuppy. Karou bisa memohon demi apa saja, termasuk untuk mencelakakan bokong Kaz, yang serta merta menjadi model dalam mata pelajaran menggambar sosok.

Pekerjaan Karou seyogianya tidak terlalu sulit, namun perjalanan teranyarnya di Maroko mengalami sederet keanehan. Ia sempat menemui Izîl, pemuda yang dulu sempat berkerabat dengan Brimstone. Akan tetapi, semua itu tidak berakhir baik. Seorang seraphim tiba-tiba saja muncul dan menyerangnya. Mencabik dagingnya hingga ke dalam kulit. Sebenarnya apa diinginkan seraphim itu dengan Karou? Apakah pekerjaan yang dilakukan gadis itu salah di matanya?



“Daughter of Smoke and Bone” memang tidak digawangi sebuah plot yang asing. Seperti halnya buku roman fantasi lain, Laini Taylor memilih tema yang serupa: forbidden love. Tapi satu hal yang menjadi keunggulan “Dari Asap dan Tulang”, seperti yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu dengan membuat sebuah inovasi baru dalam menggabungkan dua kontroversi langit dan keberadaan bumi. Laini Taylor memang ahlinya dengan persoalan mitos magis. Kehadiran awalnya dalam “Lips Touch: Three Times” pun telah menunjukkan secara gamblang bagaimana gaya menulisnya yang kerap menghibridakan kebudayaan Eropa (malaikat, vampir, dsb.) dengan gaya Asia Timur Tengah. Nama-nama yang dipilih sebagai karakter utamanya pun sangatlah unik. Karou, yang memiliki arti “mimpi” diserasikan dengan maksud dari keberadaannya. Begitu pun Akiva, Kazimir, dan sederet karakter lainnya.
   
Perbedaannya dengan “Lips Touch: Three Times”, dalam “Dari Asap dan Tulang”, Laini Taylor nampak lebih sempurna dalam mengatur plot. “Lips Touch: Three Times” yang berbasis tiga cerita berbeda dengan satu latar/tema sama, tidak terlalu disokong dengan pengenalan tokoh yang baik. Sedangkan “Dari Asap dan Tulang”, Laini berusaha menjelaskannya secara bertahap, terutama dengan sebuah intrik menarik di awal. Kehadiran Kaz yang cenderung hanya mewarnai adegan pembuka dirasa pas dan sangat ditunggu-tunggu di bab berikutnya.

Mungkin kehadiran Akiva akan dianggap pengganggu di bab tengah, tapi jika terus disimak. Akiva lambat laun menjadi sosok yang mengungkap tabir rahasia Karou, termasuk rahasia langit di dalamnya. Tidak heran jika “Daughter of Smoke and Bone” dibuat berdasarkan seri, memang begitu banyak hal yang perlu dijelaskan.

Bagi penyuka fantasi tulen, “Dari Asap dan Tulang” merupakan buku pilihan yang tepat. Laini Taylor secara khusus menyelipkan sederet istilah unik, berhubungan dengan mitos-mitos Timur Tengah lampau, tidak ketinggalan pula dengan keberadaan dua kaum primer dalam esesnsi fantasi—malaikat dan iblis. Keduanya tidak dijelaskan dengan ekistensi yang biasa-biasa saja, melainkan karakter yang tidak umum, yang mengundang segudang tanya.

Poin ekstra lainnya terletak dari segi kontribusi sampul buku. Warna biru gelap bisa menginterpreasikan sebuah kegelapan dan langit, sehingga mengungkap arti buku yang menyangkutpautkan rahasia langit, namun sebagai arti lain, warna biru sendiri pun dapat mengungkapkan kepribadian Karou, si gadis berambut biru. Diimbuh dengan kesan buluh di depannya, hal tersebut semakin menambah kesan keberadaan dunia malaikat di dalamnya.

Kualitas penerjemahannya pun tidak buruk. Kata-katanya lugas, tetap memiliki kesan sastra tersendiri yang ringan dibaca, dan juga dengan minimnya typo yang dapat dijumpai di dalamnya. Gramedia Pustaka Utama memang memiliki reputasi sendiri dalam proses penerjemahan.

Konklusi akhir, poin lima adalah yang paling tepat untuk ditujukan bagi “Daughter of Smoke and Bone”. “Dari Asap dan Tulang” tentunya tidak boleh dilewatkan oleh para penikmat novel roman fantasi. 




    Azura Caelestis de Conglee
Surabaya, 27 Desember 2012

0 comments:

 

Flickr Photostream


Twitter Updates

Meet The Author