Sekilas film ini memang terkesan horror. Apalagi pas gue membalikkan cover depannya dan menuju halaman sinopsis pendek di belakang. Satu-satunya daya tarik dari film ini adalah aktornya. Takeshi Kaneshiro. Mungkin gue terkesan rada 'jadul', menunggu aktor lawas ini ngeluarin film baru.
Takeshi Kaneshiro selalu identik dengan film-film lawas Hong Kong yang super duper fluff-nya. Gue kira, film dia yang kali ini bakal berdampak sama. Tapi ternyata, that's totally different. Film Takeshi-san kali ini malah memberi gue petuah akan makna hidup dan penyesalan. Itu memang tema yang berat, tapi dengan begitu, gue ga langsung menghindari tema dewasa itu. Memang plotnya tergolong datar dan memiliki kesan mendalam, no fluff for this time but I must keep it concern 'till the end.
Ceritanya simpel. Hanya berceloteh tentang seorang Chiba (Takeshi Kaneshiro) yang memiliki tugas sebagai malaikat pencabut nyawa. Ada dua yang diajukan, apakah itu 'LANJUT' atau 'LAKSANAKAN'? Chiba-san harus menyelidiki orang tersebut selama tujuh hari dan mengambil keputusan. Namun, hal uniknya, Chiba-san tak pernah menyaksikan langit cerah kala ia melakukan tugasnya. Angkasa selalu nampak kelabu dan tetes-tetes tangis langit selalu mengantuk bumi. Bertahun-tahun ia melakoni pekerjaannya, namun ia selalu penasaran dengan hal itu.
Dari penganalogian langit itu lah gue bisa mengambil makna. Di mana juga Chiba-san bertemu dengan seorang perempuan yang menyesali hidupnya. Satu per satu orang meninggalkannya dalam kecelakaan. Gadis itu merasa hidupnya penuh dengan penyesalan. Namun, kala seorang produser rekaman menemuinya, dan memberinya kontrak menanyi, hidupnya pun berubah. Ia tak lagi menyesali hidupnya.
Di akhir cerita, gue sempet dibikin bingung. Di sana diceritakan seorang nenek tua yang tinggal sendirian di desa. Nyatanya setiap orang tak dapat menduga kedatangan Tuan Chiba, tapi nenek ini berbeda. Dan darisana-lah, Chiba-san dapat menangkap arti sebuah harapan baru dari langit cerah.
Selesai gue menonton film itu, gue menulis sebuah quotes--lebih tepatnya cerita pendek-di tengah remang lampu senter. Entah, gue memang seorang yang super-melancholy.. tapi makna hidup emang tak begitu dipikirkan orang. Lewat film ini gue bisa memetik sesuatu yang sangat berharga.
Makhluk Mars menaktui penyesalan. Kala jarum detik terus berputar dan roda kehidupan mengalami dilema, namun sesal pun tak ada guna. Laksana seorang pemuda menunggu kumulus awan cerah di tengah badai yang bergelora, sesal sama saja dengan hujan. Ia selalu menindas pergola kehidupan. Hanya tersa pahit tanpa menemukan ujung perkara. "Kau tahu, setiap orang yang kucinta malah meninggalkanku dengan kecelakaan?"
"Andai waktu dapat diputarbalikkan, aku menyesal mengajak mereka bertamasya."
Penyesalan selalu datang terakhir, ia selalu tertinggal di belakang tanpa dapat mengejar perbuatan. Tak ada yang dapat menegurnya untuk datang tepat waktu, tetapi sang pemuda harus dapat memahaminya. Tatkala hujam menghunjam sepanjang tahun, namun langit biru pasti akan nampak pada saatnya.
0 comments:
Post a Comment