A Twist in My Story

Gue pengen nge-share sedikit tentang ilmu menulis. Topik hari ini mungkin bakal menyinggung sedikit mengenai penggunaan sudut pandang dan pembukaan cerita. Dari yang udah gue pelajari sejak SMP, dalam sebuah cerita itu diawal dengan pengenalan tokoh, setelah itu pokok permasalahan, klimaks, anti-klimaks, dan terakhir, diakhiri dengan penyelesaian masalah.

Untuk kalimat pembukaan, menurut yang biasa gue sering pake, yaitu terdapat beberapa jenis. Yang pertama adalah pembukaan yang langsung menjelaskan isi, permasalahan, atau gerak-gerik tokoh utamanya. Menurut gue, teknik yang satu ini pas banget buat dipake menulis untuk fan fic yang bergenre di luar angst.

Contohnya:
Tidak. Lagi-lagi distrik Shibuya mengalami kemacetan, hujan tampak menari-nari riang, bergelimpung di antara awan kelabu. Aku benci musim semi, siang memang terasa menyenangkan, namun senja terasa lembap.

Dengan teknik tersebut, bacaan jadi tidak terkesan bertele-tele dan langsung menjurus ke pokok permasalaha. Akan tetapi, untuk fan fic ber-genre angst, saia biasa mengunakan kalimat pengunaan yang terkesan bertele-tele. Dari awal, menjelaskan dulu suasana yang dialami sang tokoh utama, dari mulai jalan yang hiruk-pikuk hingga taburan bintang yang mewarnai langit malam.

Contohnya:
Larik cahaya mentari seolah mengintip dari balik tirai jendela. Sepasang makhluk haus darah bernaung di balik sibakannya. Dekapan sang pria kian mengerat, saling menghangatkan tubuh mereka.

Teknik pembukaan yang kedua, lebih menunjang adanya permainan diksi, sedangkan jika seandainya kita ga punya kemampuan tinggi mengenai permainan kata, mending saran gue sih pake yang pertama. Dan, untuk remaja-remaji kayak seumuran gue ini, lebih seneng dengan teknik yang pertama, soal kesannya lebih swing gitu. Ringan tapi langsung jelas. 

Sebenernya, gue punya beberapa cara untuk pengawalan cerita. Bisa dengan membubuhi kalimat paling depan dengan keterangan waktu, misalnya tanggal dan tempat dari latar cerita tersebut. Terus, pernah juga gue nulis yang di setiap sub bab-nya diselipin kalimat-kalimat perenungan yang menunjang ke isi sub-bab. Dengan begitu, pembaca bisa merasakan feel so sweet-nya

Menurut gue, mencari inovasi dalam pembukaan suatu cerita itu boleh banget. Misalnya, langsung selipin percakapan seru di awal, dengan begitu pembaca bakal bertanya-tanya buat kelanjutannya. 

Dan topik kedua, adalah soal sudut pandang. Kalo biasa gue bertanya-tanya, sebenernya enakan pake sudut pandang orang pertama (1st person POV) atau sudut pandang orang ketiga (3rd person POV) sih? Sebenernya dua-duanya itu enak, kalo dipake di saat yang tepat. 

Kalo gue pribadi, suka banget pake sudut pandang orang pertama dalam fan fic angst. Kenapa? Soal dengan sudut pandang orang pertama itu, gue bisa langsung menuangkan isi hati gue. Dan tantangan terbaru gue, adalah menuliskan hati seorang cowok. Jadi yang biasa si 1st person POV-nya cewek, kali ini gue ganti cowok. Rada susah juga sih, soal gue ini cewek tapi gue harus menceritakan isi hati seseorang yang berbanding terbalik dari diri gue. Jadi cowok itu harus tegas, keras di luar tapi sebenernya berdilema berat di dalam hahaha~
Dan buat sudut pandang orang ketiga, gue lebih memilih itu buat menuliskan fan fic chaptered. Dan terutama ber-genre fantasy. Selain memberi kesan megah, pembacanya juga seperti menonton film.

Hal-hal yang gue tulis ini emang cuma opini gue. Setiap orang pan berbeda. Boleh shout out dan bertanya kok (di chat box tentunya). Kalo senandainya ada temen yang pengen belajar buat fan fic, rasanya gue pasti bakal seneng banget buat membantu.

Selamat menulis yah~





0 comments:

 

Flickr Photostream


Twitter Updates

Meet The Author